Wednesday, February 17, 2010

"DUNIA"

Dunia pada dasarnya bukanlah sesuatu yang harus dijauhi. Namun dunia bisa menjadi penghalang untuk bisa sampai kepada Allah. Harta pada dasarnya bukanlah sesuatu yang di benci. Namun, harta itu tercela jika dia melalaikan dari mengingat Allah. Betapa banyak kaum muslimin yang tertipu dengan gemerlap dunia sehingga lupa akan tujuan penciptaannya. Ironisnya mereka tidak menyadari hal tersebut dan ketika dirinya ditanya, “Apakah yang engkau inginkan, dunia ataukah akhirat?” Serentak dirinya menjawab, “Saya menginginkan akhirat!” Padahal keadaan dirinya menjadi saksi atas kedustaan ucapannya tersebut.

Kesenangan Dunia, Fitnah Bagi Umat Ini

Cinta terhadap keindahan dan kenikmatan dunia adalah sesuatu yang menjadi ciri khas makhluk Allah yang bernama manusia. Allah berfirman:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran: 14)

Demikianlah watak asli manusia, sehingga tidak ayal lagi hal itulah yang banyak menjerumuskan manusia sehingga hatinya terkait dengan dunia padahal tidak dipungkiri lagi keterkaitan hati dengan dunia merupakan fitnah sekaligus musibah yang menimpa umat ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

{ إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ }

“Sesungguhnya setiap umat memiliki fitnah, dan fitnah bagi umatku adalah harta.” (HR. Tirmidzi dalam Silsilah Ash Shohihah, Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih)

Maka sungguh mengherankan tatkala seseorang yang seharusnya beramal untuk mencapai surga yang luasnya bagaikan langit dan bumi, justru tenggelam dalam fitnah dunia dan harta. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat khawatir bila pintu-pintu kesenangan duniawi telah dibukakan bagi umat ini karena hal itulah yang menyebabkan mereka berpaling dari agama. Wallahul musta’an.

Dunia Itu Terlaknat!

Kaum muslimin, mari bersama kita renungkan hadits berikut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

{ إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ }

“Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim atau penuntut ilmu syar’i.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah. Dalam Shohihul Jami’, Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini hasan)

Perlu kiranya kita merenungkan hadits ini dengan seksama, di golongan manakah diri kita berada, apakah kita termasuk golongan yang mendapat rahmat dan terjauh dari laknat ataukah sebaliknya diri kita justru termasuk orang-orang yang mendapat laknat, menjadi budak dunia dikarenakan sebagian besar aktivitas kita atau bahkan seluruhnya hanya bertujuan untuk meraih kenikmatan dunia yang fana ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencela orang-orang yang tunduk pada dunia dan semata-mata tujuannya adalah mencari dunia dalam sabda beliau:

تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيصَةِ تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْلَةِ

“Celakalah budak dinar (uang emas), celakalah budak dirham (uang perak), celakalah budak khamishah (pakaian yang cantik) dan celakalah budak khamilah (ranjang yang empuk).” (HR. Bukhari)

Inilah celaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang kesehariannya menjadi budak harta dan berbagai kesenangan dunia. Renungkanlah dengan penuh kejujuran dan jawablah di golongan manakah diri kita berada? Apakah kita termasuk orang yang menjadi budak dunia ataukah orang yang tujuan hidupnya adalah beribadah kepada Allah? Renungkanlah sekali lagi hal ini!

Kaitkanlah Hatimu Dengan Akhirat

Saudaraku, jangan jadikan hatimu terkait dengan dunia, jangan sampai dunia masuk ke dalam hatimu dan bercokol di dalamnya, teladanilah generasi terbaik umat ini, mereka menggenggam dunia, namun cukup sampai di situ dan tidak merasuk ke dalam hati. Maka jadilah mereka generasi yang mencurahkan segenap jiwa raganya untuk kehidupan akhirat, dunia sebatas di genggaman mereka sehingga mudah dilepaskan, mudah untuk diinfakkan di jalan Allah. Adapun kita wahai kaum muslimin, aina nahnu min haaulaai (di manakah kedudukan kita jika dibandingkan mereka)? Di mana?! Tentu sangat jauh dari mereka!

Oleh karena itu wajib bagi diriku dan dirimu untuk merenungi sekali lagi bahkan senantiasa merenungi apakah tujuan kita diciptakan di dunia ini. Sangat mengherankan jika seorang muslim telah mengetahui tujuan penciptaannya kemudian lalai dari hal tersebut, bukankah inilah puncak kedunguan?! Sekali lagi, mari kita senantiasa mengaitkan amalan kita dengan akhirat, jika anda seorang yang mempelajari ilmu dunia, maka niatkanlah untuk akhirat, niatkanlah bahwa dirimu dengan ilmu tersebut akan membantu kebangkitan kaum muslimin. Jika anda seorang pengajar, dosen atau semisalnya, maka niatkanlah aktivitas mengajar anda untuk akhirat dan kebangkitan kaum muslimin, demikian juga seluruh profesi, maka niatkanlah untuk akhirat.

Namun apabila niat anda justru sebaliknya, anda belajar, mengajarkan ilmu dunia, berbisnis dan melakukan aktivitas dunia lainnya hanya sekedar untuk mendapatkan dunia, maka anda telah merugi karena telah melewatkan keuntungan yang amat banyak dan janganlah anda mencela kecuali diri anda sendiri.

اَللّهُمَّ لاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِي دِيْنِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا

“Ya Allah, janganlah engkau jadikan musibah dalam urusan agama kami, dan jangan pula engkau jadikan dunia ini adalah tujuan terbesar dan puncak dari ilmu kami.”

Amin Ya Sami’ad Da’awat. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihat, allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

***

Penulis: Muhammad Nur Ichwan Muslim
Artikel www.muslim.or.id

menarik nie,,hehe

Datang Bulan:Masalah Lelaki atau Perempuan?

|Period|Sakit Tuan Puan|Kesihatan|Penjagaan Rapi Faraj|

Huh, kali ini artikel pasal 'periode'. Benda ni takde kene mengena dengan lelaki tulen atau pondan / mak nyah sebenarnya. Lain kalo ia dibiaskan pada pengkid atau tomboy, ia mungkin sesuai asalkan mereka mempunyai 'apam' yang sihat dan berfungsi secara normal.:eheh: Oleh kerana bijak pandai 'chok-betul' suka mengistilahkan seseorang itu dengan sifat wujud perilakunya yang abnormal kerana melawan adat manusia biasa, maka lahirlah istilah pelik seperti maknyah, pengkid, bohsia, bohjan, pondan, lesbian, gay dan macam-macam lagi yang agak memeningkan bagi yang tidak suka akan aliran falsafah dan perundangan (betul ker nih?)
Namun begitu, nampaknya BK sudah lari dari tajuk asal artikel jika nak ulas panjang-panjang berkaitan istilah ini.:sweaty:

Bagi manusia yang sudah berpasangan, tidak kiralah mereka ini sudah kahwin atau masih bermadu kasih, mereka tetap tidak akan lari daripada masalah yang timbul seminggu dalam sebulan ini (yang masih single; itu lain cerita he3x). Perkara ini kadang-kadang menjadi phobia bagi sesetengah lelaki yang baru kahwin kerana terpaksa ber'cuti' tanpa mc dari pihak hospital. Sebab itulah sebagai alasan untuk mengukuhkan hujah supaya tidak mahu ber'cuti' lagi, maka si suami biasanya inginkan anak cepat-cepat dan ingin menjadi bapa yang baik. Maka disuruhnya si isteri supaya lekas mengandung supaya tidak wujud lagi 'warning:NO ENTER' di satu sudut yang diidamkan suami. Lampu hijau sentiasa 'on' menandakan jalan itu sudah selamat untuk ditujahi dan di daki tanpa perlu ber'cuti' panjang selama seminggu.

Namun, hal 'datang bulan' pun juga menjadi masalah kepada wanita yang mempunyai selera yang tinggi ketika di katil, maka alasan untuk beranak ini mereka gunakan sebaiknya iaitu mahu menunda tarikh dari cuti panjang 7 hari 7 malam kepada cuti yang lebih panjang iaitu dalam pantang selama 44 hari 44 malam. Mungkin barangkali dalam tujuh atau lapan bulan sebelum beranak itu, dia sudah merasa puas. Maka 'baby' perlu diproses dengan kadar segera. Namun apa yang BK cakap ni tidak semua begitu. Mungkin BK yang cakap merapu ha3x..

Masalah biasa bagi pasangan yang belom kawin itu tidaklah rumit melainkan mereka yang memegang istilah; 'kenduri dahulu baru doa'. Ini yang ramai sekarang ni .rindu Patutlah banyak 'belon' kecik yang bersepah merata-rata. Heheh..Paling rumit pun adalah bagi lelaki ketika awek menyuruhnya membeli "Kotex" atau "Anion Luve Moon". Kali ini poket lelaki menipis lagi. Jika lelaki itu ingin menunjukkan rasa tanggungjawab, maka proses menebalkan muka pun diteruskan jua untuk ke Guardian demi seorang awek yang dicintai dan dibawa bersamanya adalah hasil di dalam balutan plastik hitam. 'soft & comfortable'...katanya:sorry:.

BK tidak mahu mengaitkan tarikan graviti bulan mengambang dengan emosi kerana ramai di kalangan gurl yang tidak 'stabil' sebenarnya.gelakguling

jangan terkejut!

" ADA APA DI SEBALIK VALENTINE"
Tanggal 14 Februari seakan-akan menjadi hari yang khusus bagi manusia secara umum, bahkan bagi seorang muslimah sekalipun. Dengan pengaruh dari berbagai media dan lingkungan, para gadis sibuk ikut-ikutan merayakan hari tersebut. Ada yang sibuk membuat coklat dan kue-kue untuk orang yang disayanginya, mengirimkan kartu, atau sengaja mengkhususkan membuat pengakuan cinta untuk lelaki pujaan hatinya. Na’udzubillah min dzalik. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan untuk dijauhkan dari perbuatan tersebut…

Setelah mengetahui fatwa-fatwa yang ada pada artikel sebelumnya, ada baiknya kita juga mengetahui asal usul adanya hari valentine. Dengan demikian, insya Allah kita akan lebih berhati-hati dan tidak segan-segan untuk meninggalkan hari raya tersebut. Apalagi jika kita benar-benar ingin menjadi wanita muslimah sejati, yang sangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan sangat takut dengan hukuman-Nya dan berharap keridhoan-Nya. Artikel berikut ini banyak menukil dari majalah As Sunnah dengan disertai berbagai tambahan dari penulis.

Definisi Valentine’s Day

Terdapat beberapa definisi yang terdapat di majalah As Sunnah edisi 11 tahun I untuk menjelaskan tentang hari valentine ini.

Pertama,

A day on which lovers traditionally exchange affectionate messages and gift. It is ovserved on February 14, the date on which Saint Valentine was matyred. (The Encyclopedia Americana, volume XXVII, hal 860)

“Sebuah hari dimana orang-orang yang sedang dilanda cinta secara tradisi saling mengirimkan pesan-pesan cinta dan hadiah-hadiah. Hari itu diperingati pada tanggal 14 Februari, suatu hari di mana St. Valentine mengalami martir.”

Kedua,

The date on the modern celebration, February 14, is believed to derive in the execution of a Christian martyr, St. Valentine, on February 14, 270. (The Encyclopedia Americana, volume XIII, hal. 464)

“Tanggal 14 Februari adalah perayaan modern yang diyakini berasal dari hari dihukum matinya seorang martir Kristen yaitu St. Valentine pada tanggal 14 Februari 270 M.”

Ketiga,

Valentine, St. priest and physician of Rome who suffered martydorn probably during the persecution under Claudius II in 269. his feast is on 14 Feb. The custom of sending valentines probably had its origin in a heathen practice connected with the worship of Juno Februalis at the Lupercalia(*) or perhaps in the mediaval belief the birds commenced to mate onf 14 Feb. (Everyman’s Encyclopedia, volume XII, hal 388).

“St. Valentine adalah seorang pendeta dan tabib dari Roma yang (dianggap) martir sewaktu kaisar Claudius II pada tahun 269 M. Peringatan tersebut pada tanggal 14 Febuari. Kebiasaan dengan mengirim valentine-valentine berasal dari upacara penyembahan berhala yang dikaitkan dengan peribadatan Juno Februarlis di goa Lupercal, atau (bisa jadi) pendapat bahwa burung-burung kwain pada tanggal 14 Februari.”

(*) Lupercalia merupakan upacara keagamaan (ritual) yang dilakukan oleh orang-orang Romawi kuno yang dilaksanakan setiap tahun untuk menyembah dewa Lupercus, yang oleh mereka dianggap sebagai dewa kesuburan, dewa padang rumput dan pelindung ternak. Sebagai suatu upacara ritual kesuburan, Lupercalia juga dihubungkan dengan penghormatan dan penyembahan kepada dewa Faunus sebagai dewa alam dan pemberi wahyu. Upacara atau festival tersebut dipimpin dan diawasi oleh suatu badan kegamaan yang disebut Luperci dan para pendetanya disebut Luperci.

Setiap upacara Lupercalia dimulai dengan mengorbankan beberapa ekor kambing dan seekor anjing yang dipimpin oleh para Luperci. Upacara tersebut dilakukan di dalam sebuah gua bernama Lupercal, berada di bukit Palatine, yang merupakan salah satu bukit di kota Roma. Setelah itu dua orang Luperci (dalam sumber lain dua orang pemuda) dibawa ke sebuah altar, kemudian sebuah pisau yang berlumuran darah disentuhkan pada kening mereka dan darah itu diseka dengan kain wool yang telah dicelupkan ke dalam susu. Setelah itu kedua orang tersebut diharuskan tertawa.

Kemudian para luperci memotong kulit kambing yang dikorbankan dan dijadikan cambuk. Kemudian mereka berlari dalam dua geromboloan mengelilingi bukit Palatine dan tembok-tembok kuno di Palatine, mencambuki setiap wanita baik yang mengikuti upacara maupun yang mereka temui di jalanan. Para wanita yang menerima cambukan itu dengan senang hati karena menurut mereka cambukan itu dapat menyebabkan atau mengembalikan kesuburannya.

Upacara Lupercalia ini terus berlangsung sampai pada masa pemerintahan Kaisar Constantin Agung (280 – 337 M). Kaisar Romawi ini adalah kaisar pertama pemeluk agama Nasrani. Lewat masuknya agama Nasrani itu dan berbagai jalan yang ditempuhnya, dia memegang peranan penting dalam hal merubah agama yang dikejar-kejar dan diancam sebelumnya menjadi agama yang dominan (bersifat nasional). Pengaruh agama nasrani semakin meluas di kerajaan Romawi dan Dewan gereja memegang peranan penting di bidang politik. Pada tahun 494 M, Dewan Gereja di bawah pimpinan Paus Gelasius I merubah bentuk upacara Lupercalia menjadi perayaan purifikasi (pemurnian/pembersihan diri). Dan pada tahun 496 M, Paus Gelasius I mengubah tanggal perayaan purifikasi yang berasal dari upacara ritual lupercalia dan tanggal 15 Februari menjadi tanggal 14 Februari.

Keempat,

The St. Valentine who is spoken of as the apostle of Rhaetia, and venerated in passau as its first bishop. (Encyclopedia Briatannica, volume XIV, hal. 949).

“St. Valentine yang disebutkan itu adalah seorang utusan dari Rhaetia dan dimuliakan di Passau sebagai uskup yang pertama.”

Kesimpulan dari keempat definisi tersebut adalah Valentine’s day dirayakan untuk mengormati dan mengkultuskan st. Valentine yang dianggap martir yang mati dibunuh pada tanggal 14 Februari 269 M (sumber lain menyebutkan 270 M) dan juga dianggap sebagai seorang utusan dan uskup yang dimuliakan. Pengambilan istilah itu juga dikaitkan dengan Lupercalia, upacara keagamaan orang Romawi Kuno dan juga bahwa burung-burung kawin pada tanggal tersebut.

Nah, saudariku… Apakah engkau tahu apa itu martir? Martir adalah orang yang dianggap mati sebagai pahlawan karena mempertahankan kepercayaan (agama). Kini engkau tahu agama apa yang dipertahankan olehnya. Wallahul musta’an. Ya ukhti… bagaimana kita bisa turut serta pada hari yang ditetapkan untuk menghormati orang yang mempertahankan agama yang bukan Islam (ini bukan berarti kita dibolehkan untuk menetapkan hari khusus untuk kematian orang-orang yang mempertahankan agama Islam!).

Dan bila dikaitkan dengan upacara Lupercalia, maka ini juga sangat jauh dari syari’at Islam, bahkan penuh dengan kesyirikan yang merusak tauhid. Lihatlah bagaimana upacara tersebut dilaksanakan untuk menyembah dewa-dewa. Padahal tidak ada yang berhak disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Belum lagi keyakinan batil tentang pengaruh cambukan yang dapat menyebabkan atau mengembalikan kesuburan. Padahal tidak ada yang kuasa untuk memberi kesuburan pada seseorang sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, “Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Asy-Syuura [42]: 50)

Ketahuilah saudariku, tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali meninggalkan jauh-jauh kebiasaan turut serta merayakan hari Valentine ini. Apakah kita hendak turut serta pada acara yang ditetapkan oleh Nasrani untuk mengkultuskan sang uskup yang mati sebagai martir? Padahal kita ketahui orang-orang Nasrani tidak akan senang sampai kita mengikuti agama mereka. Maka senanglah mereka ketika kita turut berbaur dalam hari raya mereka. Karena Rasululllah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut.” (HR. Abu Dawud). Atau… apakah kita hendak mendukung pula upacara Lupercalia yang penuh muatan syirik dan kemaksiatan? Na’udzubillah mindzalik.

Cukupkanlah diri kita dengan apa yang telah diturunkan Allah dalam Al-Qur’an dan yang diajarkan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya. Karena kasih sayang di antara sesama muslim jauh lebih indah dimana Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan orang mukmin di dalam saling mencintai, saling mengaishi dan saling menyayangi adalah bagaikan satu jasad, jika salah satu anggotanya menderita sakit maka seluruh jasad merasakan (penderitaannya) dengan tidak bisa tidur dan merasa panas.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka engkau tidak perlu ragu-ragu untuk meninggalkan hari raya tersebut. Bertaubat adalah langkah yang utama dan mulia jika ternyata di hari yang lalu kita menjadi bagian dari perayaan tersebut. Semoga kita terus diberikan hidayah taufik oleh Allah untuk menjalankan amalan sesuai tuntunan syari’at. Aamiin.

Maraji’:

1. Majalah As Sunnah edisi 11 tahun I.
2. Riyadush Shalihin – edisi Indonesia – karya Imam Nawawi jilid 1. Takhrij Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani. Duta Ilmu.

apa itu ISLAM

Makna Islam sebagaimana didefinisikan para ulama adalah

االأِسْتِسْلامُ لِلَّهِ بِالتّوحيدد

al istislamu lillahi bit tauhid

و الأنقياد له بالطاعة
wal inqiyaadu lahu bit too’ah

و البراءة من الشرك و أهله
wal barooatu minasyirki wa ahlihi

Mari kita perjelas satu persatu definisi tersebut.

1. Berserah diri kepada Allah dengan cara hanya beribadah kepada-Nya dan tidak kepada selain-Nya.

Artinya kita benar-benar melakukan peribadatan dan segala bentuk penghambaan hanya kepada Allah.

“Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (Qs. Al Ikhlas [112]: 1-4)

Sebagai contoh, sebagian besar dari saudara kita masih sulit meninggalkan kepercayaan pada ramalan bintang (zodiak) dan penentuan nasib baik dan buruk berdasarkan hal ini (artinya ia menggantungkan urusannya dan pengharapannya pada sesuatu selain Allah). Padahal perkara ghaib hanyalah Allah yang mengetahui dan hanya kepada Allah-lah seseorang menggantungkan segala urusannya selain usaha yang dilakukannya.

Akhirnya, dari perkara yang sulit ditinggalkan ini merambat ke hal-hal lain yang juga merupakan bentuk-bentuk kesyirikan yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam. Maka untuk poin pertama ini, kita harus memperbaiki ilmu tentang tauhid. Dan janganlah merasa aman dan merasa pintar sehingga mengatakan “Ah, bosan bahasannya tauhid terus.” Bukankah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam berdakwah di Mekah selama 13 tahun untuk menanamkan pondasi penting ini kepada para sahabat? Begitu pentingnya tauhid, karena menjadi dasar untuk peribadahan yang lain. Dan begitu pentingnya tauhid ini, agar segala amal ibadah tercatat sebagai amalan ibadah dan tidak terhapus begitu saja oleh kesyirikan.

Sebagai contoh pentingnya tauhid, tidak akan ada kemenangan besar dalam jihad fi sabilillah jika di dalamnya terdapat hal-hal yang merusak tauhid, seperti jimat, bergantung pada jin, aji tolak bala dan sebagainya.

2. Menundukkan ketaatan

Artinya, seorang muslim menundukkan segala bentuk ketaatan kepada Allah dengan melaksanakan segala perintah Allah dan Rasul-Nya. Mungkin kita tidak sadar, bahwa selama ini kita bukan taat kepada Allah dan Rasul sebagaiman yang diperintahkan oleh syari’at. Bahkan kita terjatuh pada perilaku orang-orang jahiliyyah yang lebih mengedepankan ketaatan kepada tetua yang jika ditelusuri ternyata tidak mengajarkan hal-hal yang sesuai dengan syari’at-Nya.

َاوَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْاْ إِلَى مَا أَنزَلَ اللّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُواْ حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ شَيْئاً وَلاَ يَهْتَدُونَ

“Apabila dikatakan kepada mereka: Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul.” Mereka menjawab: “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.” Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?” (Qs. Al Maaidah [5]: 104)

Sebagai contoh kecil, karena sudah dari kecil diajarkan merayakan maulid nabi, isra mi’raj dan hari-hari besar yang bahkan dijadikan libur nasional, maka kita menganggap bahwa kita harus tunduk dan ikut merayakannya. Padahal jika benar kita taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka kita tunduk dan pasrah tidak merayakan hari-hari tersebut karena memang hari-hari tersebut tidak disyari’atkan (tidak diperintahkan) oleh Allah dan Rasul-Nya.

3. Berlepas diri dari syirik dan pelakunya

Jika seseorang berserah diri hanya kepada Allah dan tidak kepada yang lain, maka ia akan berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya. Karena sungguh sia-sialah seluruh amalan seorang muslim jika ia melakukan kesyirikan.

وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

“…Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (Qs. Al An’am [6]: 88}

Contoh dalam masalah ini adalah ucapan selamat natal kepada kaum nasrani. Padahal jelas-jelas natal dirayakan oleh mereka dalam rangka ‘kelahiran’ yesus (yang dianggap tuhan). Maka jika kita memberi ucapan selamat kepada mereka, ini dapat diartikan menyetujui hari tersebut dan berarti mengakui adanya tuhan selain Allah.

Begitulah kesyirikan, kadang samar sekali tak terlihat secara langsung, namun sungguh sangat membinasakan. Oleh sebab itulah, kaum muslimin disarankan membaca do’a sebagai berikut agar segala bentuk kesyirikan yang mungkin secara tidak sadar dilakukan, diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

اللهمَّ إنّي أعوذُ بكَ أنْ أُشْركَ بكَ وَ انا أعْلمُ و أستغفرُك لما لا اعْلمُِ
Allahuma inni ‘a udzu bika an usyrika bika wa ana a’lamu wa astaghfiruka limaa laa a’ lam.

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dari berbuat kesyirikan kepadamu yang aku ketahui, dan aku memohon ampunanmu dari kesyirikan yang aku tidak ketahui.” (HR. Ahmad)

Semoga menjadi pengenalan singkat tentang Islam yang bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Maraji’:

1. Majalah Al Furqon edisi 5 tahun ke-8 1429/2008
2. Syarah Tsalatsatul Ushul (terjemah) Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin, Pustaka Al Qowam cetakan ke-6 2005

***

Artikel muslimah.or.id

memandang lelaki dri sudut sakit?????

Ramai yang suka berfikiran terbuka. Malah ramai juga yang suka berfikiran seperti insan yang terluka, mungkin kerana dinodai lalu ditinggalkan oleh sang kekasih hati yang amat dicintainya. Namun teramatlah ramai yang suka berfikiran sempit dan bersikap hipokrit dalam pemahaman dan tindakan; semata-mata ingin menunjukkan sifat feminisme pada sudut yang salah, lalu meletakkan diri di tempat yang merugikan kehidupan yang sebenarnya merupakan sesuatu yang indah seindah suria pagi dan pelangi selepas hujan. Hologram cinta yang cantik diganti dengan bentuk keburukan maha dasyat. Lalu mereka bertindak nekad menelanjangkan separuh dari kehidupannya untuk menjauhi daripada insan yang bergelar lelaki. Maka bertanyalah sang jejaka di dalam hati, 'kenapa ini semua salah lelaki'? Lalu si kasanova pula bertanya, 'apakah lelaki seperti aku ni ajer yang salah'? Tidak kurang juga cakap-cakap si pondan dan nyah juga bermonolog seorang diri, 'kenapa aku berbuah dada seperti ini?' Maka segala bentuk persoalan melibatkan kefahaman selalunya disandarkan kepada lelaki yang mempunyai hormon dominan testosteron.

Tidak mengapalah, andai itu takdirnya seorang lelaki dilabelkan mengikut selera seorang wanita yang pro kepada kepincangan sempit dan arah tuju yang kabur, maka biarkan mereka diselimuti kekesalan lampau. Sakitnya hatimu bukan kerana mata aku yang sakit. Sakitnya hatimu kerana terlalu memandang rupa paras keburukan kejadian itu dengan perasaan dendam dan kebencian. Kisah seorang wanita yang dipermainkan lelaki kasanova sehingga melahirkan anak di luar nikah atau kisah perceraian di alam rumahtangga selalu diputarkan di segenap ruang gerakan feminisme yang berdiri di atas tuntutan hak sebagai seorang wanita yang dirasakan mempunyai 101 peratus kebaikan berbanding dengan seribu orang lelaki yang tidak mempunyai selera pun untuk berjuang setanding wanita dalam menuntut hak berdasarkan jantina. Betulkah wanita selalu menjadi mangsa lelaki? Atau lelaki yang selalu menjadi mangsa wanita untuk menimbulkan sesuatu isu berat sebelah supaya wanita nampak gagah dan kuat di sudut lain? BK tidak mahu menyentuh pasal perceraian di dalam keluarga kerana itu masalah antara suami isteri yang menjadi rahsia antara mereka dan itu adalah dibawah bidang kuasa mahkamah syariah. Maka BK tidak berhak menyalahkan si suami meskipun hanya suami seorang sahaja yang boleh menjatuhkan talak pada isteri.

Mengikut statistik kes gadis melahirkan anak luar nikah, sehingga tahun 2009 ia sudah mencecah seramai 200 ribu orang. BK tidak tahu daripada tahun berapa ia dikira tapi jika dilihat kepada jumlah tersebut, ia sungguh membimbangkan bagi negara yang diiktiraf sebagai negara Islam. Kes yang melibatkan pembuangan bayi pun banyak juga. Mengikut pandangan pro feminisme, kebanyakan para wanita telah menjadi mangsa lelaki akibat ditipu. Bagi pendapat BK, perkataan tipu itu merupakan satu pandangan yang serong kepada lelaki. Sudah tentu. Heheh...Adakah dengan perkataan itu berhak menghalalkan dengan apa yang sudah terjadi dan mengharapkan lelaki itu akan kembali? Atau ia sekadar untuk menunjukkan bahawa wanita itu lebih baik daripada lelaki? Kebanyakan kes seperti ini bermula di peringkat umur baligh yang baru ingin bercinta dan mengenal apa itu seks. Memang betullah pada umur ini mereka baru berpisah daripada keluarga dan mereka berhak mencorakkan hidup mereka sendiri apabila berada di pusat pengajian tinggi atau sudahpun mempunyai kerja di masa muda, namun disebabkan sudah terlanjur lalu mengandung anak sulong, sudah pasti jalan pulang untuk gadis tersebut sungguh payah dan merumitkan. Maka sekali lagi lelaki perlu disalahkan.

Para feminist juga mengatakan ia adalah disebabkan oleh pujuk rayu lelaki yang berhidung belang kerana mengikat wanita itu dengan cerita cinta. Lalu BK mengatakan, itu semua adalah tipu semata-mata. Tidak akan berlaku sesuatu perkara jika hanya seorang ajek bertepuk sebelah tangan. Siapa gatal dan siapa yang tolong garu gatal tersebut perlulah kita luaskan dalam erikata keadaan yang sebenar. Mungkin lelaki ada kelemahannya, mungkin juga wanita itu yang terlalu lemah. Itu bergantung bagaimana kita memikirkannya.

Selepas mengetahui bahawa wanita yang dicintainya itu sudah termengandung, maka lelaki itu pun cabut lari lalu dituduh lelaki tidak mahu bertanggungjawab. Itu kenyataan yang betul tapi kita perlu beri pertimbangan sewajarnya kenapa lelaki itu melarikan diri. Hanya diri sendiri sahaja yang dapat memahami keadaan sebenar kenapa dia bertindak sebegitu. Tapi bagaimana pula dengan bohsia yang melakukannya bukan di atas dasar cinta tetapi atas suka sama suka? Maka apa perlunya mereka memohon supaya lelaki itu bertanggungjawab jika dia termengandung padahal lelaki itu sudah hilang entah kemana dan sekadar melepas 'geram' hanya untuk sementara? Orang kata pandai makan pandailah simpan. Pinggan yang digunakan takkan hendak suruh orang lain pula basuh. Takkan nak minta tolong Ah Chong atau si Muthu menjadi pak sanggup untuk menutup malu.

Hahaha...senangnya mereka cakap bahawa lelaki lah yang bersalah, mudah sungguh mereka berbicara. Padahal jika kita bergelar manusia ini adalah semua sama sahaja. BK ingin menekankan bahawa setiap manusia tidak kira lelaki atau wanita, nafsu itu tetap ada dan wujud mengikut fitrah sebagai seorang manusia biasa. Lelaki sudah ditetapkan sebagai timba dan wanita adalah sebagai perigi. Maka memang betullah bahawa timba mencari perigi. Namun tidak semestinya timba itu selalu tenggelam di dalam perigi. Perigi mencari timba itu selalunya tidak pula diwar-warkan oleh gerakan feminisme. Inilah yang hairan bin ajaib. Sungguh banyak perkara ini berlaku sekarang. Namun bila berlaku sesuatu yang melibatkan penindasan di kalangan mereka, maka lelakilah yang akan menjadi mangsa. Siapa lelaki seterusnya yang akan menjadi mangsa? Harap-harap lelaki itu bukanlah Budak Kuning huhuhuuu...

Bayangkan jika fitrah manusia itu sudah ditetapkan terbalik, maka lelaki pula yang akan menjadi mangsa dan penuhlah di dada akhbar menceritakan bahawa lelaki dirogol wanita. BK bukan hendak menyalahkan takdir tetapi jika kita dapat selami sesama sudah tentulah kita akan ketemui jawapan yang pasti. Oleh kerana tiada yang mewakili suara lelaki untuk meneutralkan segala keburukan yang dibawa oleh para feminist terhadap lelaki, maka biarlah BK menjadi suara bagi pihak ini.

Jawapan yang pasti ialah manusia mana yang tidak terlepas daripada membuat dosa dan kesilapan. Hanya satu-satu yang ada adalah jalan TAUBAT kepada yang Maha Esa. Hanya itu sahaja jalan pulang...

kisah ANAK derhAkA!!

Sebaik sampai ke pintu wad, jeritan Jalal menerpa ke telinga saya. Jeritannya sungguh kuat kerana azab dan sakit yang ditanggungnya tidak mampu ditanggung lagi. Saya percepatkan langkah menuju ke katilnya. Di sisi katil saya lihat ahli keluarga Jalal sedang menangis tersedu-sedu. Jelas mereka panik dan tidak tahu apa yang perlu dilakukan, kecuali melihat Jalal menggelepar kesakitan dan berdoa semoga Jalal cepat sembuh. Di katil pula, Jalal meraung dan meronta sambil tangan dan kakinya terikat kemas di katil.

“Terima kasih ustaz sebab sudi datang bantu kami. Saya dah tak tahu apa nak buat. Dah seminggu lebih adik saya macam ni,” kata salah seorang abang kepada Jalal sebaik melihat saya sampai.

Sebelum itu mereka menghubungi saya melalui telefon meminta saya segera datang untuk membantu menyembuhkan penyakit adik bongsu mereka itu.

“Apa sakitnya ni?” tanya saya. “Entahlah ustaz, doktor pun tak tau.”

Sedang kami berbual, tiba-tiba sekali lagi Jalal menjerit kesakitan. Kali ini jeritannya cukup jelas di pendengaran saya. Jeritannya menakutkan dan menyedihkan.

“Emak, ampunkan saya mak. Panaaaassss. Saya sakit mak, sakiiiiittttttt! Tolonglah emak, ampunkan dosa saya.” Berserta raungan yang dilepaskan sekuat hati, tubuh Jalal menggelepar seperti dipanggang di dalam api yang marak. Mukanya berkerut sementara matanya terbelalak akibat azab yang amat pedih. Semua yang ada di wad berkenaan memandang ke arah kami. Jeritan itu menyebabkan saya tertanya-tanya. Apakah yang menyebabkan Jalal jadi sedemikian rupa? Apa pula kaitan antara penyakitnya itu dengan ibunya?

“Panggil ibunya segera,” kata saya.

Namun kata-kata saya itu tidak dijawab. Ahli keluarga Jalal cuma terdiam, menundukkan muka atau berpandangan sesama sendiri.

“Kenapa ni?” tanya saya.

Dengan perlahan abang Jalal bersuara, “Ustaz, ibu kami baru sahaja meninggal dunia dua minggu lepas.”

“Kalau macam ini susahlah sikit. Saya rasa mungkin Jalal ada melakukan kesalahan besar kepada ibunya, sebab itulah dia menanggung azab yang begini rupa. Dalam keadaan macam ini, cuma ibunya saja yang dapat membantu,” kata saya berterus terang.

Mereka cuma mendiam diri sementara jeritan Jalal semakin kuat. Saya semakin ingin mengetahui puncanya kerana dengan latar belakang itu insya-Allah saya boleh cuba carikan jalan lain untuk meredakan kesakitan Jalal.

“Ceritakanlah kepada saya apa yang sebenarnya telah berlaku.”

“Ustaz, sebenarnya adik saya ini sudah derhaka kepada arwah ibu kami,” jawab salah seorang daripada mereka.

Dengan tenang, tapi air mata bergenang abang Jalal menceritakan kepada saya kisah yang sebenarnya, kisah yang cukup menyayat hati saya. Menurutnya, Jalal adalah anak bongsu daripada mereka enam beradik, empat perempuan dua lelaki dan di kalangan mereka, Jalallah yang mempunyai kelulusan yang lebih tinggi. Bagaimanapun, sejak kecil hinggalah dia bekerja dan seterusnya berkahwin, Jalal sentiasa sahaja melawan dan menyanggah kata-kata ibunya. Nasihat dan teguran ibunya pula dipandang rendah serta tidak diendahkan. Syurga anak di bawah telapak kaki ibunya. Walaupun berpendidikan tinggi, Jalal sentiasa sahaja kekurangan wang, seolah-olah tidak dirahmati rezekinya. Berterusanlah keadaan itu hingga dia berumahtangga. Keadaan menjadi semakin buruk apabila Jalal meletakkan jawatannya di sebuah syarikat swasta. Hasratnya adalah untuk mencari rezeki yang lebih banyak di syarikat lain, namun nasibnya bukan sahaja tidak berubah, malah menjadi semakin parah. Walau di syarikat manapun yang Jalal bekerja, dia akan menghadapi masalah yang seterusnya membawa kepada dia meletakkan jawatan. Dalam kegawatan itulah Jalal mula meminjam wang daripada sahabat-sahabatnya. Selepas sekian lama hutangnya semakin banyak, namun dia masih tidak mampu melunaskannya. Rumahtangga Jalal mula kucar-kacir dan akhirnya mereka bercerai. Bagi menyelesaikan masalah tersebut, Jalal mendesak ibunya supaya mencagarkan tanah mereka di kampung kepada bank. Tanah seluas 12 ekar itu ditinggalkan oleh bapa mereka yang meninggal dunia tiga tahun sebelum itu.

“Emak, saya nak tanah tu. Bank dah setuju nak kasi RM500,000. Saya nak duit tu buat berniaga,” katanya kasar.

“Jalal, engkau ni dah melampau. Itu tanah adik-beradik kamu,” jawab si ibu.

“Ahhh, saya tak kira.”

“Jalal, emak tidak benarkan. Emak tau, duit tu nanti bukannya engkau nak buat berniaga, tapi nak bayar hutang,” jawab ibunya.

Bukan sahaja ibunya, malah semua adik-beradik Jalal tidak membenarkannya mencagarkan tanah tersebut kepada bank. Jalal pulang dengan hati kecewa. Namun dia masih bertekad untuk mendapatkan tanah berkenaan walau dengan apa cara sekalipun. Suatu hari, Jalal datang ke rumah ibunya. Beberapa orang adik-beradiknya ada di situ. Sekali lagi pertengkaran berlaku dan berakhir dengan tragedi yang amat menyedihkan. Ketika kemarahannya sampai kemuncak, Jalal menolak ibunya sekuat-kuat hati menyebabkan kepala ibunya terhantuk di pintu. Darah dari luka terpalit di pintu sedang ibunya terjelopok di lantai, rebah tidak sedarkan diri. Si ibu segera dibawa ke hospital sementara Jalal puas hati kerana dapat melepaskan kemarahannya. Akibat pendarahan otak yang serius, ibunya meninggal dunia tanpa sempat melafazkan keampunan kepada Jalal. Bermulalah azab dalam hidup Jalal. Kira-kira seminggu selepas kematian ibunya, Jalal dikejarkan ke hospital kerana jatuh sakit secara tiba-tiba. Apa yang membingungkan ialah doktor gagal mengesan penyakit yang dihadapinya. Jalal sebaliknya meraung, menjerit, meronta dan menggelepar kesakitan. Dalam raungannya itulah dia meminta ampun kepada arwah ibunya kerana tidak sanggup menanggung azab yang pedih. Berterusanlah keadaannya selama beberapa hari hingga saya dipanggil. Dalam waktu itu, doktor dan jururawat tidak dapat berbuat apa-apa kecuali mengikat Jalal di katil dan menyuntiknya dengan ubat pelali untuk menidurkannya.

“Kalau begitu kisahnya, saya cuba cara lain,” kata saya.

Di samping ayat-ayat suci al-Quran, saya membacakan surah Yassin untuknya. Namun apabila dibacakan saja ayat suci itu, Jalal menjerit kepanasan. Tubuhnya menggeletik dan menggelepar kesakitan.

“Aduh panasnya! Emak, ampunkanlah saya emak! Jangan bawa saya ke situ emak, panas. Jangan bawa saya ke situ. Saya tak mau, sakit, sakit. Tolonglah saya emak, ampunkan saya, saya bersalah.”

Jeritan Jalal itu meruntun hati saya. Apakah yang dimaksudkannya dengan ‘ke situ’? Kenapa Jalal tidak mahu dibawa ‘ke situ’ dan apa yang dilihatnya di situ? Akibat tidak tertahan panas, tubuh Jalal terpaksa dibogelkan. Tangan dan kakinya terus diikat ke katil. Selepas puas mencuba tapi keadaan Jalal masih tidak berubah, saya meminta diri untuk pulang. Satu ingatan saya tinggalkan kepada mereka, “Jika Jalal masih hidup selepas zuhur ini, insya-Allah nyawanya masih panjang. Kalau tidak…” Ketika itu lebih kurang pukul 10 pagi.

Saya tinggalkan mereka, namun sedang saya memandu, telefon bimbit saya berdering.

“Ustaz! Cepat ustaz, adik saya dah nazak,” kata si abang.

Saya berpatah balik dan apabila sampai di katilnya, saya lihat Jalal begitu tenat. Nyawanya seperti sudah di penghujungan. Keluarganya semakin cemas sambil air mata tidak henti-henti mengalir. Saya bacakan Surah al-Asr, Surah al-Falaq, Surah an-Naas serta asma ul husna. Alhamdulillah, Jalal berhenti meraung dan menggelepar. Keadaan senyap seketika. Masing-masing beristighfar dan membaca ayat-ayat suci al-Quran. Terbayang kelegaan di wajah mereka. Tiba-tiba, ketenangan itu dipecahkan sekali lagi oleh jeritan Jalal. Dia mengerang sambil tubuhnya kejang menahan kesakitan, mata terjegil seperti hendak terkeluar dan dalam satu detik yang serentak juga najisnya terpancut keluar. Bertabur membasahi seluarnya. Bau najis menusuk hidung kami. Maha suci Allah, keadaannya adalah seperti sesuatu yang berat menghenyak perutnya yang mengakibatkan nyawa, roh, najis, organ-organ dan segala-galanya yang ada di dalam tubuh terhambur keluar secara serentak. Di bahagian atas, semuanya seperti hendak terpancut keluar hingga mata Jalal tersembul sementara di bahagian bawah, kakinya kaku dan najis berhambur memancut-mancut. Cukup aib dan menyedihkan. Pakaian dan katil basah dengan air mata, peluh serta najisnya. Selepas ‘rentapan’ itu, Jalal tidak bernafas lagi. Degupan jantungnya berhenti dan dia pergi menghadap Allah SWT untuk menerima balasan amalannya. Tamatlah riwayat seorang anak derhaka.

Saya cuma mampu melihat dengan gementar sementara keluarga Allahyarham menangis dan berpelukan sesama sendiri. Yang perempuan terpaksa keluar kerana tidak sanggup melihat mayat adik mereka. Demikianlah sakaratulmaut datang menjemput Jalal. Seperti yang dijelaskan di dalam al-quran dan hadis, ia datang dengan menyentap, merentap dan merenggut nyawa Jalal tanpa ada kasihan belas. Sudah berpuluh-puluh tahun saya menguruskan jenazah dan melihat orang menghadapi saat kematiannya, namun pengalaman menyaksikan sakaratulmaut menjemput Jalal cukup memilukan hati saya. Kesengsaraan yang ditanggung oleh Jalal sudah berakhir, namun mayatnya meninggalkan keaiban yang amat sangat. Matanya terbonjol seperti hendak terkeluar sementara giginya menyeringai. Dari kerut wajahnya, jelas sekali Allahyarham baru sahaja menanggung kesakitan dan azab yang amat pedih. Saya cuba pejamkan mata Allahyarham, namun gagal. Kelopak mata tidak berupaya untuk menutup biji matanya yang tersembul itu. Cukup mengerikan kerana hanya mata putih sahaja yang kelihatan. Ikatan di kaki dan tangan Allahyarham dileraikan dan tangannya dikiamkan. Kaki Allahyarham dirapatkan, namun sekali lagi saya menyaksikan keaiban kaki Allahyarham tidak boleh dirapatkan kerana duburnya terpancut keluar dan membonjol di celah kelengkangnya. Saya menenangkan mereka supaya bersabar dan reda dengan apa yang telah terjadi. Selesai membersihkan tubuh Allahyarham, jenazah dibawa turun kerana keluarganya mahu menguruskan jenazah tersebut di rumah mereka di salah sebuah taman perumahan di sebuah negeri di pantai barat semenanjung. Rupa-rupanya keaiban belum berakhir. Sebaik sahaja van yang membawa Allahyarham keluar dari perkarangan hospital, tiba-tiba keempat-empat shock absorbernya patah secara serentak. Van yang cuma membawa lima orang, mayat yang badannya sederhana sahaja, dua orang abang dan kakaknya, pemandu serta seorang pembantu, boleh patah shock absorbernya? Kelindan van bergegas memanggil kami. Maha suci Allah, Tuhan yang Maha Besar, apabila hendak dikeluarkan dari van, jenazah itu kami rasakan teramat berat hingga terpaksa diangkat oleh kira-kira 15 orang. Selesai masalah itu, satu lagi masalah timbul – tidak ada van atau kereta yang berani untuk mengangkat jenazah tersebut. Kebetulan sebuah lori kosong yang mengangkat tanah, pasir ataupun kelapa sawit lalu di tempat kejadian. Dengan lori itulah jenazah dibawa pulang ke rumahnya. Apa yang membingungkan kami ialah walaupun mayat berkenaan terlalu berat, tapi kayu penusungnya tidak pula patah. Lori bertolak ke rumah Allahyarham sementara saya pula memandu pulang ke rumah. Saya dimaklumkan bahawa Allahyarham dikebumikan di sebelah kubur ibunya. Namun diceritakan juga kepada saya bahawa tanah yang ditambun ke atas kuburnya tidak mencukupi. Untuk mengelakkan kubur Allahyarham berlubang, tanah lain terpaksa diambil dan ditambur ke atasnya.

Tiga hari kemudian, saya menerima panggilan telefon daripada keluarga Allahyarham.

“Ustaz, saya nak minta pertolongan dan pandangan daripada ustaz.”

“Apa masalahnya itu?” tanya saya.

“Kubur adik saya berlubang ustaz.”

Masya-Allah, demikian sekali keaiban yang Allah tunjukkan kepada anak yang derhaka kepada ibunya. Menurut abang Allahyarham, kewujudan lubang itu disedari sehari selepas Allahyarham dikebumikan. Lubang tersebut bermula dari bahagian tengah kubur hinggalah mencecah kepada papan yang menutup liang lahad. Tambah abang Allahyarham lagi, mereka mengambusnya dengan tanah, namun keesokan harinya kubur tersebut berlubang semula.

“Begini sajalah, cuba masukkan sekali kayu atau papan ke dalam lubang tersebut, insya-Allah, tak berlubang lagi,” kata saya.

Namun keesokan harinya sekali lagi abang Allahyarham menghubungi saya memberitahu bahawa kubur berkenaan berlubang semula. Apa yang membingungkannya, tanah di kubur arwah ibunya langsung tidak berubah, masih tetap membusut walaupun sudah lebih dua minggu dikebumikan. Bukan itu sahaja, katanya, pokok yang ditanam di kubur ibunya juga hidup segar sedangkan pokok yang ditanam di kubur adiknya mati kelayuan. Pada hari kelima, saya menghubungi abang Allahyarham.

“Begini sajalah,” kata saya. “Mulai malam ini buatlah majlis Yassin dan tahlil. Panggil 20 orang dan setiap seorang baca Surah Yassin sebanyak 2 kali. Apabila selesai bacaan Yassin, minta imam bacakan doa supaya diampunkan dosa Allahyarham kepada ibunya. Baca dalam bahasa Melayu dan ulang doa itu sebanyak tujuh kali.”

Seperti yang saya nasihatkan, pada malam berkenaan mereka mengadakan majlis itu. Namun saya diberitahu, imam yang membaca doa tersebut menggigil ketakutan. Alhamdulillah, pada hari ketujuh, kubur berkenaan tidak lagi berlubang. Peristiwa ini sudah berlaku empat tahun lepas namun masih terbayang-bayang di mata saya. Setiap kali tibanya hari raya aidilfitri, setiap kali itulah peristiwa tersebut menjelma dalam ingatan kerana ia terjadi cuma beberapa hari selepas kita berhari raya. Sungguh menyentuh hati saya, ketika orang sedang bergembira berhari raya, ketika itulah keluarga tersebut ditimpa petaka, si ibu meninggal dunia dan anaknya yang derhaka diazab hingga ke akhir hayatnya.

Kisah ini saya paparkan bukan untuk mengaibkan Allahyarham ataupun keluarganya, tapi supaya kita dapat mengambilnya sebagai pedoman dan iktibar. Doakanlah semoga dosa Allahyarham Jalal diampunkan Allah.

Tuesday, February 16, 2010

bila aku jatuh cinta!

Bila Aku Jatuh Cinta


Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau

Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan
kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu

Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu

Amin !